Sabtu, 03 Januari 2015

Keutamaan menuntut ilmu

“Menempuh jalan menuntut ilmu memiliki 2 makna (Ibnu Rajabrahimahullah)
• Secara hakekat, yaitu melangkahkan kaki untuk menghadiri majelis ilmu.
• Menempuh berbagai cara yang mengantarkan menuju ilmu seperti menulis, menghafal, mempelajari, mengulangi, memahami-i

Rasulullah (saw) telah ditanya: “Apa itu Ilmu?” Baginda menjawab: “Berdiam diri”. Baginda ditanya: “Kemudian?”. Baginda berkata: “Dengarkan dengan penuh perhatian”. Baginda ditanya: “Kemudian?” Baginda berkata: “Ingat”. Baginda ditanya: “kemudian?” Baginda berkata: “Amalkan (yang dipelajari).” Baginda ditanya: “Kemudian?” Baginda berkata: “Sampaikan.”Al-Majlisi, Biharal-Anwar, jilid 2, ms 28]

Ilmu, apabila di dapati dengan kesucian, tanpa kepentingan diri dan niat kerana Allah, akan mengubah personaliti seseorang menjadi seperti makhluk langit (malaikat).
Orang berilmu sedemikian menjadi jelmaan sifat yang digerakkan Allah, maka kerekter, pertuturan dan tindakkannya membayangkan semuanya.
Imam Ali (as) pernah berkata: ‘Wahai penuntut ilmu, ilmu mempunyai banyak kemuliaan. (Jika kamu bayangkannya sebagai manusia maka) kepalanya adalah rendah diri, matanya adalah bebas dari iri hati, telinganya adalah kefahaman, lidahnya adalah kebenaran, mindanya adalah penyelidikkan, hatinya adalah niat yang baik, inteleknya adalah ilmu (ma’rifah) mengenai benda dan perkara, tangannya adalah belaian kasih sayang, kakinya adalah menziarahi yang berilmu, keazamannya adalah kejujuran, kebijaksanaannya adalah ketaqwaan, tempat tinggalnya adalah keselamatan, kemudinya adalahkesihatan, tunggangannya adalah ketaatan, senjatanya adalah kelembutan berbicara, pedangnya adalah berpuas hati (ridha), tunduknya adalah kesabaran, tenteranya adalah perbincangan dengan yang berilmu, hartanya adalah pekerti yang mulia, simpanannya adalah menahan diri dari maksiat, kelengkapannya untuk perjalanan adalah kesucian, air minumnya adalah lemah lembut, petunjuknya adalah petunjuk Ilahi, dan sahabatnya adalah mencintai yang terpilih.” [Al-Kulayni, al-Kafi, kitab fadl al-‘ilm, bab al-nawadir, hadith # 3]
Imam Ali (as) pernah berkata: “Terdapat tiga tanda orang berilmu: “Ilmu, Sabar
dan Diam.” [Ibid, jilid 2, ms 59]
Dilarang Mencari Ilmu untuk

“17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”Al Gasiyyah”
1. Seorang penuntut ilmu harus memiliki kesabaran sebagaimana seokor onta dipadang pasir yang tandus, kehausan, menghadapi dahaga, bersabar menghadapi itu semua, yang sebelumnya ia meminum air kemuadian menyimpan air ditubuhnya sampai sampai orang yang mengendarai onta tersebut bisa menikmati air tersebut yang onta simpan tatkala dibutuhkan nantinya diperjalanan.
2. langit, tinggi, bagaimana ditinggikan oleh Allah. kita harus memiliki cita cita tinggi, karna cita cita yang tinggi bisa menghasilkan usaha yang maksimal oleh karena itu tatkala kita meninggikan cita cita kita maka nanti usaha kita lakukan akan optimal dan maksimal
3. gunung. ditancapkan oleh Allah, tegar, yaitu seorang penuntut ilmu harus memiliki konsisten dan kontinu melakukan suatu kegiatan, jangan sampai putus asa jangan sampai putus dijalan, bersabar, kekonsistenan terhadap suatu kegiatan
4. Bumi.dihamparkan oleh Allah, lurus rata,sementara seluruh makhluk makhluq hidup berada diatas bumi itu, tapi ia tidak merasa apa apa, ia tidak merasa angkuh dan sombong,yaitu kita harus memiliki sikap rendah hati, GR, tidak boleh minder, tapi kta harus memiliki sifat rendah hati

4 sifat inilah yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu

Tinggalkanlah Keragu-Raguan
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang keyakinan (QS. Al-Hijir/15 : 99)
.     Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada harganya keraguan dan kebimbangan.

Jadilah Pencari Ilmu
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al-Mujaadilah: 11)
Menurut dari ajaran Ahlul Bayt (as) keturunan Rasulullah (saw), adalah dilarang
menuntut ilmu untuk keduniaan atau bertujuan kepentingan diri.
Imam Ali (as) berkata: “Jangan mencari ilmu untuk empat tujuan:
(1)Mengagungkan diri dihadapan manusia berilmu (2) Berhujah dengan yang jahil (3) Mununjuk-nunjuk di dalam perhimpunan manusia (4) Menarik
perhatian manusia untuk mendapatkan jawatan untuk berkuasa.” [Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, jilid 2, ms 31]

Kaum Anshar bertanya kepada Rasulullah saw.,"Wahai Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majlis ulama, manakah yang lebih berhak mendapatkan perhatian?". Jika telah ada orang yang mengantar dan menguburkan jenazah itu, maka menghadiri majlis ulama itu lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada fakir miskin, ataupun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan ragamu!. Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan di sembah dengan ilmu pula?. Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?.
Imam Syafi’i berkata, “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia akhirat, maka hendaknya dia berilmu.
Sayidina Ali bin Abi Thalib yang oleh Rasulullah saw. dijuluki sebagai pintu gerbangnya Ilmu, mengatakan, " Tiada kekayaan lebih utama daripada akal. Tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan lebih baik daripada pendidikan ".
Jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara Ilmu dengan harta  :
"Ilmu lebih utama daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Karun, Sadad, Fir'aun, dan lain-lain".
"Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya".
"Harta itu bila engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tasarrufkan malahan bertambah".
"Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan".
"Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak".
"Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh syafa'at".
"Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman".
"Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya".
"Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya".
“Seseorang yang berjalan di jalan menuntut ilmu, di masa yang sama Allah menjadikannya berjalan menuju ke Syurga. Dan sesungguhnya para-para malaikat  mengembangkan sayap mereka untuk para penuntut ilmu dengan perasaan gembira. Sesungguhnya setiap makhluk di langit dan di bumi meminta ampun untuk penuntut ilmu, termasuklah ikan di laut. Kemuliaan orang yang ‘alim (berilmu) di atas orang yang abid (taat) adalah seperti mulianya bulan diatas bintang-bintang di malam bulan penuh. Yang berilmu adalah pewaris para Nabi, kerana para Nabi tidak meninggalkan warisan harta tetapi ilmu. Maka sesiapa yang mengambil bahagian akan mendapat manfa’at yang banyak.”[Al-Kulayni, al-Kafi, jilid 1, kitab fadl al-'ilm, hadith # 1]

0 komentar:

Posting Komentar